Setiap makhluk hidup pasti dibayang-bayangi penyakit, meskipun belum tentu menyebabkan kematian atau membahayakan. Bila kondisi pertahannan makhluk itu lemah atau kondisi luar yang memungkinkan si penyakit menjadi lebih kuat maka sangat mungkin akan berakibat fatal. Hal ini sudah dan sedang terjadi pada ternak ayam sekarang ini baik ayam ras maupun ayam buras seperti salah satu contoh yaitu wabah flu burung.
Baca juga : Antisipasi flu burung pada ternak ayam buras
Dalam produksi unggas tidak mengenal penyakit karena bila seorang peternak sudah mengalami masalah penyakit dari semua ayam yang dipeliharanya, dapat dikatakan peternak itu sudah gagal (terutama dari segi produksi unggas).
Bila ayam sudah terjangkit penyakit, hal itu menjadi masalah dokter veteriner. Dalam pemeliharaan ayam, seorang peternak tidak boleh sampai pada masalah penyakit, tetapi cukup pada sekitar penyakit saja, yaitu segala aktivitas yang dapat mencegah serangan penyakit pada ayam dan peternakan. Masalah-masalah disekitar penyakit itulah yang merupakan jangkauan peternakan dari hari ke hari untuk menghasilkan daging ayam yang ekonomis dan berkualitas baik.
Mengenal Penyakit
Penyakit berdasarkan bibit penyakit atau makhluk penyebabnya antara lain :
1. Penyakit asal bakteri
Di dalam peternakan ayam broiler, penyakit asal bakteri ini cukup sering terjadi. Asalkan penyakit dari bateri ini mudah disembuhkan dengan antibiotika maka tidak akan berlanjut. Namun, ada kalanya terjadi pula kematian, terutama akibat terkontaminasi dengan penyakit lain atau tercampur dengan penyakit asal virus. makhluk bakteri ini memang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dan bagi para praktisi atau orang awam memang tidak terlalu dikenal.
2. Penyakit asal virus
Penyakit asal virus ini sering terjadi pada peternakan yang tata laksananya tidak baik. Penyakit asal virus ini belum ada obatnya tetapi kejadiannya dapat dicegah dengan mempertinggi daya tahan tubuh ayam. Makhluk virus ini lebih kecil lagi dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Contoh penyakit ini yang populer adalah new castle disease (ND) atau tetelo. Satu lagi yang kini mulai populer pula di Indonesia untuk ayam pedaging adalah gumboro.
3. Penyakit asal protozoa
Penyakit asal protozoa yang juga populer untuk ayam pedaging, yaitu coccidiosis atau penyakit berak darah. Penyakit asala protozoa ini dapat terjadi karena kelemahan dalam pemeliharaan, jadi munculnya penyakit ini sebenarnya mudah dicegah. Bila sampai menyerang ayam, dapat disembuhkan dengan preparat sulfa.
4. Penyakir asal parasit
Penyakit asal parasit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi sangat merugikan ayam karena menyita gizi yang diperoleh ayam dan menimbulkan kegelisahahn. contoh penyakit asal parasit adalah cacing. Berbagai macam spesies dan berbagai macam tempat hidupnya ada didalam tubuh ayam. Selain itu, kutu juga populer di peternakan ayam di Indonesia. Penyakit asal parasit ini sebenarnya dapat dengan mudah dicegah atau tidak perlu terjadi. bila sampai terjadi, ini menandakan pemeliharaannya jorok dari berbagai segi.
5. Penyakit karena kekurangan atau kelebihan unsur gizi
Penyakit ini sudah jelas penyebabnya dan cara penyembuhannya. Penyebabnya terutama terjadi karena kesalahan dalam teknik penysunan ransum, kualitas makanan yang jelek atau dipalsukan, penyimpanann ransum yang tidak baik, maupunransum yang tercemar predator.
Jadi ada lima biang keladi terjadinya penyakit. Kada kala kelimanya terjadi atau sama-sama menyerang pada stu atau beberapa ekor ayam. Misalnya ayan terserang CRD (cronic respiratory disease) yaitu penyakit yang populer untuk ayam pedaging, tercampur dengan penyakit coryza dan ayam ternyata cacingan serta berkutu. serangan bersama itu dapat terjadi juga karena kelemahan dalam tata laksana.
Penyakit yang Populer di Peternakan Ayam Broiler
Faktor yang mendukung terjangkitnya penyakit
Sebenarnya bibit-bibit penyakit sudah ada disekitar ayam, bahkan sudah ada yang terdapat didalam tubuh ayam. Semuanya memang sebagai makhluk hidup yang saling memberi manfaat terhadap kehidupan secara keseluruhan. Namun bibit penyakit itu baru akan membuat masalah bagi ayam bila terjadi beberapa kondisi berikut ini.
1. Perubahan kelembaban dan temperatur lingkungan
kelembapan di indonesia (apalagi di dataran tinggi) membuat masalah dalam tata peternakan. Misalnya, bahan litter yang terlalu basah atau sulit kering, kandang yang bau atau sumpek. Hal ini dapat menyebabkan daya tahan ayam melemah dan bibit penyakit tumbuh (berkembang biak) lebih dari biasanya. Begitu pula dengan temperatur lingkungan yang tinggi. Musim kemarau, apalagi di dataran rendah, akan menyebabkan ayam kehausan dan mengurangi konsumsi ransum. Akibatnya unsur gizi yang seharusnya terpenuhi, menjadi tidak terpenuhi. Kejadian itu akan memperlemah daya tahan ayam terhadap penyakit.
2. Perubahan musim
Misalnya musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya merupakan kesempatan bagi bibit penyakit untuk menyerang ayam. Hal ini karena selama perubahan tersebut kembali ayam tercekam dan akibatnya daya tahannya melemah. selama perubahan dari musim kemarau ke musim hujam atau awal musim hujam, perternak yang tidak waspad akan mengalami masalah. Ayamnya banyak yang terserang Coryza. Mengatasi segala masalah dimusim hujan ini ada kaitannya dengan bentuk kandang dan tata air di sekitar kandang. Dalam subbab pencegahan penyakit, hal ini akan diuraikan lagi secara praktis.
3. Kebersihan kandang dan peralatan
Ini sudah jelas maksudnya. Kandang yang kotor, bau, peralatan yang kotor, lumutan, kandang berdebu,dan lain sebagainya merupakan kesempatan baik bagi penularan penyakit dan bibit penyakit tumbuh dengan subur. Misalnya, kandang yang kotor karena ceceran makanan akan mengundang tikus dan siput ke kandang. Misalnya kandang dan keadaan ayam telahbaik dan pencegahan penyakit sudah dilakukan, tetapi pada saat memasukkan alat-alat baru peternak lupa mencucinya dangan alat pembunuh kuman. dengan demikian usaha pencegahan yangtelah baik di dalam kandang tersebut menjadi sia-sia.
4. Keadaan ayam
Ada penyakit tertentu yang memang diturunkan oleh induknya. Jadi bila menerima anak ayam atau membeli anak ayam berumur satu hari (DOC) hendaknya pembibit yang bersangkutab telah terbukti menjual anak ayam yang berkualitas baik. Selain itu ada pula bibit ayam yang lemah, baik itu secara keseluruhan. Bila menghadapi hal ini maka usaha pencegahan harus benar-benar dilakukan dan perlu ditanyakan dengan sesama kawan peternak mengenai keadaan bibit ayam tertentu yang pernah dipelihara. namun perlu diingat sekali lagi tidak ada satupun bibit ayam yang sempurna. bibit mana yang dipilih tergantung pada tujuan yang hendak dicapai.
5. Kualitas ransum
Ini tentunya berkaitan dengan penyakit karena kekurangan atau kelebihan gizi. Di samping itu dapat pula menyebabkan penyakit lain ikut serta mendampingi penyakit kekurangan unsur gizi ini, akibat dari daya tahan tubuh ayam yang lemah. Misalnya ayam yang kekurangan mineral kalsium, asedangkan untuk ayam broiler dan roaster sangat membutuhkan kalsium ini dapat mengganggu pertumbuhan. Penyakit karena kekurangan gizi ini segera sembuh. Bila satu unsur gizi kurang juga sama halnya dengan kekurangan gizi.
Penykit yang sering menyerang
Disamping lima faktor tersebut masih ada beberapa lagi sebab-sebab terjadinya penyakit cukup kompleks, tetapi semua ini dapat diatasi dengan melakukan pencegahan secara umum. Berikut ini beberapa penyakit yang populer di peternakan ayam broiler di Indonesia.
1. Cronic respiratory disease
Penyakit ini menyerang ayam broiler pada masa pertumbuhannya (antara umur 3 - 5 minggu). Sebenarnya tidak menyebabkan kematian, tetapi dapat menyebabkan morbiditas.
Gejala
Ayam terlihat tidak aktif dan diam, bagaikan mati. Penyakit ini menyerang saluran pernafasan ayam dan dikenal pula dengan nama MG (mycoplasma gallisepticum), atau penyakit saluran pernafasan, atau disebut PPLO (pleuropnemonia-like organism). Di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan CRD.
Pengobatan
Bila penyakit telah terjadi maka obat yang dapat digunakan adalah
bacitracin, erythromycin, tilosin, spectinomycin, dan
lincomycin. Namun, yang terbaik untuk mengobati CRD ini antara lain
bacitracin dan
tylocin. Obat-obatan itu diberi melalui suntikan, air minum atau pakan.
Beberapa usaha pencegahannya adalah sebagai berikut :
- Bibit ayam sebaiknya dari pembibit yang benar-benar telah terjamin bahwa anak ayam yang dijualnya benar-benar telah bebas dari CRD.
- Sebaiknya dilakukan tes untuk memeriksa kemungkinan adanya penyakit ini. Tes semacam ini biasanya dilakukan oleh dinas peternakan setempat kemudian dinyatakan dengan sertifikat bebas CRD.
- Alat-alat baru dan tamu yang berkunjung ke peternakan dijaga kebersihannya.
2. Coryza
Coryza merupakan penyakit yang sering terjadi di peternakan ayam broiler dan ayam petelur. Coryza atau pilek ayam bila menyerang kadang kala diikuti oleh penyakit-penyakit lainnya, antara lain fowl pox, CRD dan kekurangan vitamin A. karena itulah sulit dibedakan dengan mata, ayam itu terserang CRD atau coryza sebab keduanya sering menyerang pada waktu yang bersamaan.
Penyakit ini disebarkan melalui alat-alat peternakan yang dibawa masuk ke kandang tanpa dicuci dengan obat pembunuh kuman (sterilisasi) terlebih dahulu. Juga karena perubahan temperatur, musim, perpindahan ayam, vaksinasi dan sewaktu ayam tercekam. semua dapat mengakibatkan penyakit ini menyebar kepada ayam-ayan lain.
Gejala
Penyakit yang dapat menyerang pada semua umur ayam ini mula-mula tanda yang terlihat adalah ayam merengket bagai kedinginan, saya terkulai, mata sayu dan berair, dari lubang hidung keluar cairan. Dari mulut tercium bau yang spesifik. Sulit menentukan penyakit hanya dari tanda-tanda luar. Karena tanda-tanda demikian itu juga dimiliki oleh penyakit lain.
Pengobatannya dapat dilakukan dengan pemberian obat-obat sulfa seperti sodium sulfathiazole atau sulfamethoxine. Dapat juga dengan sulfamethazine, sulfamerazine atau erythomycin. Obat-obat ini dapat untuk pengobatan maupun pencegahan dan banyak dijual di toko-toko unggas dengan berbagai merek dagang. Perlu diingat bahwa seminggu sebelum ayam dipasarkan, semua obat-obatan harus dihentikan.
Beberapa usaha pencegahan penyakit ini sebagai berikut :
- Dala satu kandang harus dipelihara ayam yang seumur
- Bila perlu digunaka bakterin atau vaccin coryza. Bakterin ini dapat melindungi ayam dalam periode 0 - 20 minggu.
- Perubahan musim perlu diwaspadai. Apabila terjadi perubahan musim atau perubahan temperatur yang terlalu mencolok sebaiknya ayam diberi obat anticekaman.
- Semua alat-alat, bahan litter, dan barang-barang lainnya harus dicuci sebelum masuk ke kandang (dicuci dahulu dengan air biasa lalu dicuci dengan air yang tercampur obat pembunuh kuman kemudian dibilas kembali).
- Tamu yang berkunjung ke peternakan harus dibatasi apabila sampai masuk kedalam kandang.
3 Newcastle desease (ND atau tetelo)
Penyakit yang disebabkan oleh virus ini sangat populer di Indonesia dari zaman dahulu kala hingga sekarang. Pertama sekali ditemukan di Bogor pada tahun 1926. Tetapi tidak diketahui dunia internasional karena dilaporkan dalam bahasa belanda. Kemudian pada tahun 1927 penyakit ini kembali mewabah di Newcastle inggris. Dan penyakit ini kembali dilaporkan dan dinamai Newcastle Desease.
Gejala
Ayam pedaging yang terkena penyakit ini terlihat tanda-tanda umum ayam sakit (ayam terkulai, mata ngantuk dan mengket). Ada satu tanda yang agak spesifik yaitu terlihat gejala tortikolis. tortikolis ini adalah kepala yang mengarah ke kanan dan kekiri dan ke bawah dengan tidak menentu.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang berarti. Satu-satunya cara penanganan adalah dengan cara pencegahan yaitu vaksinasi. Namun vaksinasi harus dilakukan dengan cara yang benar, Cek tanggal kadaluarsa saat membeli vaksin. Vaksinasi dilakukan saat anak ayam (DOC) beumur 4-6 hari dengan cara pemberian 2 tetes larutan vaksin ke dalam mulut atau mata anak ayam. Kekebalan biasanya bertahan 3 bulan.
4. Gumboro
Penyakit ini termasuk penyakit yang baru dalam bahasa asingnya dikenal demgan
infectious bursal desease (IBD). Di Indonesia penyakit ini baru ditemukan awal tahun 1980-an, yaitu ketika sedang gencar-gencarnya peternakan membangun dan memproduksi ayam broiler.
Penyakit ini pertama dilaporkan oleh Cosgrove pada tahun 1962 di gumboro AS. Karena itulah penyakit ini dinamakan Gumboro.
Gejala
Tanda-tanda umum penyakit ini ditandai kurangnya nafsu makan dan minum. Ayam yang biasanya terlihat rakus dan sering minum kini mendadak tidak mau makan dan minum. Bulu terlihat lusuh dan kotor, kematian yang terjadi meningkat. Pada bentuk subklinis akan menyerang anak ayam yang berumur satu minggu atau kurang satu minggu. Pada serangan yang tidak serius dapat menyebabkan kematian antara 2 - 15%, tetapi morbiditasnya dapat ,mencapai 100%. Kematian yang tinggi dapat terjadi pada serangan penyakit lain yang menyertai penyait gumboro ini. Penyakit-penyakit lain yang ikut bersama-sama menyerang ayam adalah ND, penyhakit jengger biru (blue comb disease), avian ence phalomyelitis dan juga penyakit-penyakit lain. hal ini dikarenakan virus gumboro menyerang bursa fabrisius yang mempunyai tugas utama menghasilkan antibodi (untuk menangkis serangan penyakit, khususnya penyakit asal virus).
Bila bursa varisius ini diserang oleh kuman gumboro, produksi antibodi akan berkurang. Akibatnya terbuka kesempatan bagi penyakit lain untuk masuk sehingga angka morbiditasnya akan meninggi (penyakit gumboro tidak menyebabkan kematian yang tinggi dan hanya menyebabkan angka morbiditas yang tinggi). Kematian yang tinggi terjadi diakibatkan oleh serangan penyakit virus lain yang mendapatkan kesempatan untuk menyerang akibat produksi antibodi yang menurun.
Pengobatan
Virus Gumboro sulit dideteksi. Virus ini mampu hidup diluar tubuh ayam berbulan-bulan. Kandang, tempat pakan, serta alat-alat peternakan yang kotor merupakan sumber utamanya. Pengobatan penyakit ini memang tidak ada, tetapi penyakit lain yang mengikutinya perlu diobati dengan antibiotika, sulfonamides dan nitrofurans.
Pengobatan yang penting dengan menjaga kebersihan kandang, sekitar kandang, alat-alat peternakan dan diri pekerja. Vaksinasi gumboro merupakan usaha terbaik dalam mencegah gumboro. Untuk ayam broiler, vaksinasi gumboro dilakukan pada saat anak ayam berumur 7-9 hari, melalui air minum.
5. Penyakit berak darah
Penyakit ini juga populer dalam peternakan ayam broiler. Peternak biasanya sudah bisa menebak pada saat anak ayam berumur 4-5 minggu akan terserang penyakit ini. Dugaan seperti ini sering kali tidak meleset.
Gejala
Sebagaimana biasanya, ayam yang terserang penyakit ini akan memperlihatkan tanda-tanda umum ayak sakit (terutama yang sudah parah). Kemudian pada lantai litter akan ditemui bercak-bercak warna merah. Angka kematian karena penyakit berak darah memang tidak terlalu tinggi. Pengobatannya serta pencegahannyapun relatif mudah. Penyebab utama terjadinya penyakit berak darah adalah kondisi litter yang basah, kandang yang lembab, sementara pemiliknya tidak melaksakan manajemen litter yang baik.
Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan dengan preparat sulfa, sulfaqui moxaline dan amprolium. Beberapa ransum ayam broiler yang berasal dari pabrik-pabrik terkenal sudah mengandung obat untuk pencegahan penyakit berak darah ini. Namun manajemen litter yang baik merupakan pencegahan utamannya.
Inilah beberapa penyakit yang sering terjadi pada peternakan ayam broiler yang perlu diwaspadai dan diantisipasi disamping masih banyak pula penyakit-penyakit ringan lainnya yang dapat menurunkan produksivitas ayam broiler. Semoga dapat bermanfaat dan menjadi bahan tambahan untuk pengetahuan pengendalian penyakit dipeternakan ayam umumnya dan broiler khususnya.
(Ref : Dr. Ir. Muhammad Rasyaf, Beternak Ayam Pedaging, Penerbar Swadaya Jakarta, 2004)
Baca juga :
Pencegahan Penyakit Ayam Ternak
Antisipasi Flu Burung Pada Ternak Ayam Buras
Manfaat Ikan Gabus Sebagai Penyembuh
Manfaat Ikan Sembilang Bagi Kesehatan
Proses Penyambungan Pucuk Pada Tanaman Buah